Social Icons

Pages

Kamis, 07 Oktober 2010

Tindakan Kita Sebatas Kita Memandang Dunia




Bila anda memandang diri anda kecil, dunia akan tampak sempit dan tindakan anda pun jadi kerdil.
Namun, bila anda memandang diri anda besar, dunia terlihat luas, anda pun melakukan hal-hal penting dan berharga.

Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat dunia. Sementara dunia anda tak lebih luas dari pikiran anda tentang diri anda sendiri. Itulah mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih indah dan bertindak selaras dengan kebaikan-kebaikan yang ada dalam pikiran kita. Padalah dunia tak butuh penilaian apa-apa dari kita. Ia hanya memantulkan apa yang ingin kita lihat. Ia menggemakan apa yangingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri.


Maka, bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negatif terhadap diri sendiri. Melampaui diatas itu, kita perlu jujur melihat diri sendiri apa adanya. Dan, dunia pun menampakkan realita yang selama ini tersembunyi di balik penilaian-penilaian kita.

Sedikit Demi Sedikit Lama-lama Menjadi Bukit






Pepatah ini sederhana saja, "sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit". Kita biasa memaknainya, bahwa bila kita mengumpulkan sesen demi sesen, pada saatnya kita akan dapatkan sepundi. Namun sesungguhnya pepatah ini tak sekedar berbicara tentang hidup hemat, atau ketekunan menabung.

Pepatah ini menyiratkan tentang sesuatu yang lebih berharga dari sekedar sekantung keping uang, yaitu bila kita mampu mengumpulkan kebaikan dalam setiap tindakan-tindakan kecil kita, maka kita akan dapati kebesaran dalam jiwa kita.

Bagaimanakah tindakan-tindakan kecil itu mencerminkan kebesaran jiwa sang pemiliknya? yaitu bila disertai dengan secercah kasih sayang di dalamnya. Ucapan terimakasih, sesungging senyum, sapaan ramah, atau pelukan bersahabat adalah tindakan yang mungkin sepele saja. Namun dalam liputan kasih sayang, ia jauh lebih tinggi daripada bukit tabungan anda.

Orang Yang Menghalangi Anda





Bagaimana bila ada seseorang yang sedemikian ngotot menghalangi anda mencapai sukses? Bagaimana bila orang itu juga yang selalu merintangi anda di setiap usaha? Bagaimana perasaan anda terhadap orang itu? Bagaimanakah kalau orang itu selalu muncul sambil membawa segudang alasan untuk menghalangi anda bertindak maju?

Bagaimana kalau ternyata orang itu adalah anda sendiri? Boleh jadi, ada kemungkinan, diri anda sendiri adalah musuh terbesar anda dalam menghalangi sukses dan kegemilangan.

Pernahkah anda memergoki diri anda sendiri berkata "aku tidak mungkin mampu melakukan itu"...? Tidakkah suara itu juga yang selalu merintangi tujuan anda, dan membawa berjubel-jubel alasan ini-itu adalah mustahil?

Keterbatasan yang anda miliki memang meminta anda untuk membatasi diri. Tetapi keputusan tetap di tangan anda. Suara kecil itu silahkan bicara apa saja.

Relakah anda dipenjara oleh keterbatasan? Tentu tidak. Bayangkan apa yang dapat anda capai bila anda 100% mendukung diri anda sendiri.

Nah silahkan berhenti berkhayal, dan mulailah kehidupan.